Langsung ke konten utama

Nama Lain

Ini malam minggu
Aku sedang menyimpan sesuatu
Ingin bertemu untuk melepas rindu

Kemarin sebelum laki-laki memenuhi masjid
Inginku katakan sesuatu ajaib
Hati-hati sebelum ke masjid

Aku tau sekarang kamu dimana
Meski aku tak pernah bertanya
Meski tak pernah tau kamu sering kemana

Ingin rasanya ada hari
Meleburkan segala resah diri
Memohon padamu untuk jangan pergi

Dua jam lalu dari sekarang
Ada banyak pikiran melayang
Tentang perempuan, bagimu (mungkin) sayang

Aku tahu benar siapa
Aku bersyukur karena tau nama mereka
Tapi pernah takut, kita akan ada dalam permainan yang sama

Nama-nama perempuan lain
Setiap muncul, ada bagiku resah terjalin
Ada perih menetes bagai lilin

Bagian dariku berbunyi retak
Memanggilku, jangan terlalu banyak bergerak
Runtuhnya sebagian, pergi membentuk barak

Banyak cerita yang ku bangun
Ini berbentuk hayalan saat melamun
Atau entah ini benar pun

Nama salah satunya berbentuk perih
Jika ku bayangkan kalian adalah kekasih
Atau paling tidak teman rerupa kekasih

Nama yang kedua bersifat mantan
Yang aku bayangkan dia untukmu masih setia dalam ingatan
Meski mantan menganggapmu sudah tak bermuatan

Ahh ada lagi
Dia perempuan mungil, ceria lagi
Dia menanyakanmu sering kali


Bagaimana ini,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Mulut

Menutup mulut, Hatiku ribut Tahu semua yang tertutup Menutup mulut. Hatiku ribut. Sibuk menurunkan kabut. Sabuk paksa terbentang. Ambil posisi aman menantang. Ada nama gadis. Sumpah, jangan sodorkan! Bakal jadi bengis. Nafas jadi berantakan. Anggap aku tak berusaha. Dadaku lapang mengudara. Jadikan rinduku tak berbahasa. Lelaki sepertimu alpa luas samudra. Pujangga, Mampu buat hawa jatuh terpesona. Dalam hati menuntut jujur. Menutup mulut. Hatiku ribut -ilmiyah, 2016

20 Tahun

20 tahun Aku takut kematian Aku takut melihat ibuku berbaju kafan Aku takut bapaku tiada, ibuku sama siapa Aku takut sendirian, ditinggal Imut ke surga 20 tahun Aku takut tidak bisa menghidupi mimpi sendiri Aku takut tidak bisa berbakti Aku takut menjadi abu Aku takut menjadi bukan diriku 20 tahun Aku takut lupa agama Lupa Tuhanku siapa Aku takut lupa bersyukur Padahal Allah sudah begitu adil dan akur 20 tahun Aku takut membuat keluarga kecewa Tidak bisa menghadirkan bahagia Lupa pengorbanan mereka Tidak bisa berbakti pada mereka 20 tahun Aku takut gila Problema mendera menggelantungi nyawa 20 tahun Aku banyak merindui seseorang bukan manusia 20 tahun Menginjakmu, nafasku berat. Il-miyah

Meski

Mendoakanmu, meski kau tidak tau diriku Aku tidak bisa nyekar, makan lebih penting Ibuku yang sangat baik hati, mengulang nasihat itu Mengingatmu Ternyata hanya segitu, kalimat yang mendadak muncul saat taraweh. Sudah ya, tidur dulu