Langsung ke konten utama

Aku Salah

aku punya banyak kesombongan sebagai hamba,
aku jarang memohon sesuatu dengan rinci dan secara mendalam
aku mengingatmu sebagai Yang Besar tetapi harusnya lebih dari itu,

maafkan hamba,
atas doa yang sama
atas ketidakrincian panjatanku
atas ruhMu yang terlupa
atas pembangunan pongahku,

aku menganggap pribadiku adalah Blessing berbentuk teka-teki,
Engkau beri seumpama aku kecil menjadi berkembang
lalu menemukan kepingan lain dewasa ini

Kau menunjukkanku pemahaman diri.

aku pernah marah dan tak punya harga
saat aku merentangkan cerita pahit
pahit nafasku selama 21 tahun ini,

mengapa hati yang tumbuh dalam diri adalah seperti ini,
aku mencari hikmah di balik sengsara,
karena, Tuhanku pasti di sana,

akhir-akhir ini, aku mereasa bisa menangani jati diri
menyelesaikan kegundahan
melewati masalah
menjadi lebih waspada.
aku bilang aku kokoh, karena Tuhanku juga ingin aku jadi kokoh.

tapi tangisan malam malah berserakan,
aku butuh teman untuk bicara
membantu aku menemukan matahari
bukan meratapi kedatangan purnama,

rohaniku hampir pecah,
aku pikir harus menyerah, aku hampir mati
Tuhanku, aku harus mampir,
bukan, harusnya aku berteduh
setelah mengembara sekian jauh.


#Lingkungan, Aku dan Tuhan-I

Il-miyah
1-2-2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Mulut

Menutup mulut, Hatiku ribut Tahu semua yang tertutup Menutup mulut. Hatiku ribut. Sibuk menurunkan kabut. Sabuk paksa terbentang. Ambil posisi aman menantang. Ada nama gadis. Sumpah, jangan sodorkan! Bakal jadi bengis. Nafas jadi berantakan. Anggap aku tak berusaha. Dadaku lapang mengudara. Jadikan rinduku tak berbahasa. Lelaki sepertimu alpa luas samudra. Pujangga, Mampu buat hawa jatuh terpesona. Dalam hati menuntut jujur. Menutup mulut. Hatiku ribut -ilmiyah, 2016

20 Tahun

20 tahun Aku takut kematian Aku takut melihat ibuku berbaju kafan Aku takut bapaku tiada, ibuku sama siapa Aku takut sendirian, ditinggal Imut ke surga 20 tahun Aku takut tidak bisa menghidupi mimpi sendiri Aku takut tidak bisa berbakti Aku takut menjadi abu Aku takut menjadi bukan diriku 20 tahun Aku takut lupa agama Lupa Tuhanku siapa Aku takut lupa bersyukur Padahal Allah sudah begitu adil dan akur 20 tahun Aku takut membuat keluarga kecewa Tidak bisa menghadirkan bahagia Lupa pengorbanan mereka Tidak bisa berbakti pada mereka 20 tahun Aku takut gila Problema mendera menggelantungi nyawa 20 tahun Aku banyak merindui seseorang bukan manusia 20 tahun Menginjakmu, nafasku berat. Il-miyah

Meski

Mendoakanmu, meski kau tidak tau diriku Aku tidak bisa nyekar, makan lebih penting Ibuku yang sangat baik hati, mengulang nasihat itu Mengingatmu Ternyata hanya segitu, kalimat yang mendadak muncul saat taraweh. Sudah ya, tidur dulu