Langsung ke konten utama

malam ...




malam, selamat malam kawan
tunggu, tunggu dulu ...
aku akan mempersembahkan tubuh ini
pada gendang-gendang shubuh
yang mampu memperdalam kedukaan
dan harga tak berguna.

dingin ... dinginnya putih tulang
kencangkan kesabaranmu
menghantarkan aku pada momen itu: keteguhan 1/3 malam
aku ingin pergi dari rantai ini
rantai harapan berkalung napas.

dan ketiadaan untuk berdiri
lebih tiada dari semua kekosongan

aku merasa bersalah pada setiap manusia yang ku temui
aku buat mereka sakit hati
maafkan aku, aku adalah kenangan yang tak merdu.

riwayat hidup sering terbang saat dini hari
terulas menghampar lambat serta dalam
bisik-bisik dan rintik-rintik suara
mengalir melewati mataku
napas-napas itu, halo
aku mendambamu melalui waktu.

kau tau apa?
ada yang lebih sepi dari mati
yaitu kehilangan orang terkasih.



21. Januari 2020
Sumedang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Mulut

Menutup mulut, Hatiku ribut Tahu semua yang tertutup Menutup mulut. Hatiku ribut. Sibuk menurunkan kabut. Sabuk paksa terbentang. Ambil posisi aman menantang. Ada nama gadis. Sumpah, jangan sodorkan! Bakal jadi bengis. Nafas jadi berantakan. Anggap aku tak berusaha. Dadaku lapang mengudara. Jadikan rinduku tak berbahasa. Lelaki sepertimu alpa luas samudra. Pujangga, Mampu buat hawa jatuh terpesona. Dalam hati menuntut jujur. Menutup mulut. Hatiku ribut -ilmiyah, 2016

20 Tahun

20 tahun Aku takut kematian Aku takut melihat ibuku berbaju kafan Aku takut bapaku tiada, ibuku sama siapa Aku takut sendirian, ditinggal Imut ke surga 20 tahun Aku takut tidak bisa menghidupi mimpi sendiri Aku takut tidak bisa berbakti Aku takut menjadi abu Aku takut menjadi bukan diriku 20 tahun Aku takut lupa agama Lupa Tuhanku siapa Aku takut lupa bersyukur Padahal Allah sudah begitu adil dan akur 20 tahun Aku takut membuat keluarga kecewa Tidak bisa menghadirkan bahagia Lupa pengorbanan mereka Tidak bisa berbakti pada mereka 20 tahun Aku takut gila Problema mendera menggelantungi nyawa 20 tahun Aku banyak merindui seseorang bukan manusia 20 tahun Menginjakmu, nafasku berat. Il-miyah

Meski

Mendoakanmu, meski kau tidak tau diriku Aku tidak bisa nyekar, makan lebih penting Ibuku yang sangat baik hati, mengulang nasihat itu Mengingatmu Ternyata hanya segitu, kalimat yang mendadak muncul saat taraweh. Sudah ya, tidur dulu