Langsung ke konten utama

Sebut saja Sawah


Pada kesempatan yang dilalui, aku dileburkan dalam macam macam suasana pemberian Tuhan yang mampu menunjukkan aku pada sisi yang lain. Ada tekanan yang menunut diselesaikan. Ada kehilangan besar yang menggoyahkan harapan. Ada jalan yang berharap dapar dilalui dengan nikmatnya usaha.

Ini seperti sawah.
Kenangan kehilangan orang yang belum sempat aku tunjukkan harapan dan apa yang akan ku dapat di masa depan. Orang yang percaya bahwa aku ada untuk menghidupi mimpi. Orang berdoa sepanjang detik. Yang membicarakan jalan hidupku untuk pertama dan tentunya dulu aku tak menyadari. Aku dihabisi gelisah.. aku dihadapkan pasrah, ditemani susah, dikuatkan oleh prasangka.

Ada guru yang memberikan waktunya untuk berbagi dengan pengejar mimpi. Mereka yang menekan jiwa sedalam dalamnya kita mampu bertahan. Membuat kita malu jika hidup hanya untuk selintas nafas.

Aku menemukan jiwa teman-teman yang hidupnya jauh dari jangkauan dan mereka mampu menembus gelap dan kerasnya waktu. Membuka sisi sensitif dan membagi harta karun mereka dengan cinta.

Aku menemukan diri berada pada tahap pemahaman pribadi. Menguatkan visi misi hidup dan mengentaskan yang tercinta dari duri duri jalanan hidup.

Ini seperti ladang, seperti sawah.
Ongkos operasinya mahal daripada kebutuhan makan pemiliknya. Pemeliharaannya rumit dan sulit ditebak. Hasilnya kadang tidak sebanding karna faktor alam atau bahkan takdir.
Merawat hubungan seperti mengelola sawah, ongkos pengorbanannya benar benar diserahkan. Faktor eksternal dapat merusakmu kapan saja, meski prediksi sudah kau bangun dengan indah.
Sawah tetangga lebih hijau adalah pikiran sesat untuk dipertahankan. Menginginkan kesuburan tanah sawah seperti orang lain dapat adalah akut jika kau menampis  keberadaan jalan Tuhan.
Ladang orang lebih "mriyud" dari ladang sendiri yang telah dirawat&diolah sepenuh darah. Pandangan luar akan menjadikanmu liar jika tidak mampu menghargai potensi ladang sendiri.
Hubungan pemilik dan sawah dibangun harmonis adalah mimpi yang haus untuk dipenuhi.
Hubungan ladang hidup dan manusia. Menerima dan mengembangkan. 

Terima kasih banyak ya Allah. 2017 adalah penuh hal berharga dan mampu menjadikan Ilmiyah menatap dunia dengan terbuka.

-Foto dari Instagram : Arif P
-oleh Ilmiyah
31.12.2017, Minggu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Mulut

Menutup mulut, Hatiku ribut Tahu semua yang tertutup Menutup mulut. Hatiku ribut. Sibuk menurunkan kabut. Sabuk paksa terbentang. Ambil posisi aman menantang. Ada nama gadis. Sumpah, jangan sodorkan! Bakal jadi bengis. Nafas jadi berantakan. Anggap aku tak berusaha. Dadaku lapang mengudara. Jadikan rinduku tak berbahasa. Lelaki sepertimu alpa luas samudra. Pujangga, Mampu buat hawa jatuh terpesona. Dalam hati menuntut jujur. Menutup mulut. Hatiku ribut -ilmiyah, 2016

20 Tahun

20 tahun Aku takut kematian Aku takut melihat ibuku berbaju kafan Aku takut bapaku tiada, ibuku sama siapa Aku takut sendirian, ditinggal Imut ke surga 20 tahun Aku takut tidak bisa menghidupi mimpi sendiri Aku takut tidak bisa berbakti Aku takut menjadi abu Aku takut menjadi bukan diriku 20 tahun Aku takut lupa agama Lupa Tuhanku siapa Aku takut lupa bersyukur Padahal Allah sudah begitu adil dan akur 20 tahun Aku takut membuat keluarga kecewa Tidak bisa menghadirkan bahagia Lupa pengorbanan mereka Tidak bisa berbakti pada mereka 20 tahun Aku takut gila Problema mendera menggelantungi nyawa 20 tahun Aku banyak merindui seseorang bukan manusia 20 tahun Menginjakmu, nafasku berat. Il-miyah

Meski

Mendoakanmu, meski kau tidak tau diriku Aku tidak bisa nyekar, makan lebih penting Ibuku yang sangat baik hati, mengulang nasihat itu Mengingatmu Ternyata hanya segitu, kalimat yang mendadak muncul saat taraweh. Sudah ya, tidur dulu