Langsung ke konten utama

She said


dia bilang semuanya telah mati

tidak ada siapa-siapa di sini

hidup sendiri

tanpa kabar yang pasti

hanya tinggal beberapa

tapi mereka jauh disana

aku sudah tak berdaya

hidup hanya menikmati masa senja

bersyukur kau telah bekerja

tumbuh dewasa dan dikelilingi berkah

dia tidak tanya kenapa aku selalu kembali ke sana

bertamu dengan membawa air mata

dan bercerita mengenai hal yang sama

hal ini mungkin sulit dia mengerti

aku datang dengan hati

menuju jalan untuk menjawab pertanyaan

dan membangun kepercayaan serta keberanian

memenuhi rasa penasaran dan kekosongan

aku dalam masa ingin pulih 

ingin berterima kasih

ku ingin membawa bekal

dengan menerima tempat asal




Indramayu, 18.06.2021



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Mulut

Menutup mulut, Hatiku ribut Tahu semua yang tertutup Menutup mulut. Hatiku ribut. Sibuk menurunkan kabut. Sabuk paksa terbentang. Ambil posisi aman menantang. Ada nama gadis. Sumpah, jangan sodorkan! Bakal jadi bengis. Nafas jadi berantakan. Anggap aku tak berusaha. Dadaku lapang mengudara. Jadikan rinduku tak berbahasa. Lelaki sepertimu alpa luas samudra. Pujangga, Mampu buat hawa jatuh terpesona. Dalam hati menuntut jujur. Menutup mulut. Hatiku ribut -ilmiyah, 2016

20 Tahun

20 tahun Aku takut kematian Aku takut melihat ibuku berbaju kafan Aku takut bapaku tiada, ibuku sama siapa Aku takut sendirian, ditinggal Imut ke surga 20 tahun Aku takut tidak bisa menghidupi mimpi sendiri Aku takut tidak bisa berbakti Aku takut menjadi abu Aku takut menjadi bukan diriku 20 tahun Aku takut lupa agama Lupa Tuhanku siapa Aku takut lupa bersyukur Padahal Allah sudah begitu adil dan akur 20 tahun Aku takut membuat keluarga kecewa Tidak bisa menghadirkan bahagia Lupa pengorbanan mereka Tidak bisa berbakti pada mereka 20 tahun Aku takut gila Problema mendera menggelantungi nyawa 20 tahun Aku banyak merindui seseorang bukan manusia 20 tahun Menginjakmu, nafasku berat. Il-miyah

Meski

Mendoakanmu, meski kau tidak tau diriku Aku tidak bisa nyekar, makan lebih penting Ibuku yang sangat baik hati, mengulang nasihat itu Mengingatmu Ternyata hanya segitu, kalimat yang mendadak muncul saat taraweh. Sudah ya, tidur dulu